Jumat, 16 Januari 2009

Prospek Properti 2009 Belum Terlalu Cerah

Tahun ini, mungkin bukan tahun yang cerah bagi industri properti nasional. Baru masuk awal tahun, sebagian pelaku bisnis properti sudah merasa sektor ini akan sendu karena krisis global yang sedang mendera. Maklum, gerak roda ekonomi yang loyo, ditambah suku bunga yang masih tinggi, pasti akan memengaruhi daya beli dan permintaan.

Associate Director PT Procon Indah, Utami Prastiana, menilai permintaan akan tertekan oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat. Apalagi kalau suku bunga bank masih bandel bertengger di level tinggi, industri properti bakal susah. "Jangan lupa, sekitar 90 persen konsumen perumahan, khususnya rumah kelas menengah dan bawah, tidak bisa dilepaskan dari kredit pemilikan rumah (KPR)," katanya.

Presiden Direktur Era Bintaro Century Saut Sitanggang mengakui hal yang sama. Di saat ekonomi lesu, biasanya permintaan rumah menengah dan bawah akan terpukul. Harapan hanya ada dari segmen perumahan menengah atas dan atas. "Pasar perumahan menengah atas relatif lebih stabil karena pembelinya tidak price sensitive. Mereka lebih mengutamakan kualitas," ucapnya.

Karena punya uang, umumnya mereka membeli rumah dengan tunai atau tunai bertahap karena tidak bergantung pada suku bunga bank. "Segmen perumahan menengah atas memang relatif bebas dari tekanan inflasi dan tingkat suku bunga," tambah Presiden Direktur PT Bakrieland Development Tbk, Hiramsyah S Thaib.

Ia mengaku akan memfokuskan pasar pada kelompok elite. "Permintaan rumah kelompok masyarakat ini akan terus merangkak naik," katanya.

Pengembang lain, Summarecon, bahkan sudah siap dengan strategi merengkuh kalangan atas ini. Direktur utama PT Summarecon Agung Tbk Johanes Mardjuki mengatakan, salah satu strateginya dengan membuka kawasan permukiman elite yang dilengkapi fasilitas pendidikan.

Ia mencontohkan Scientia Garden yang saat ini sedang digarap Summarecon. Nantinya, di kawasan ini akan dibangun kampus Universitas Multimedia Nusantara. "Pembeli memang menginginkan fasilitas yang lengkap, misalnya tersedianya lembaga pendidikan," ujarnya.

Subsidi akan membantu

Toh, tidak semua beranggapan prospek permintaan rumah kelas menengah dan bawah akan suram. Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Teguh Satria mengaku optimistis prospek bisnis perumahan masih baik pada 2009 mendatang. Alasannya sederhana: "Jumlah penduduk terus bertambah, kebutuhan akan rumah juga akan terus meningkat," katanya.

Teguh menilai pasar kalangan menengah dan bawah masih tetap memiliki potensi. Dasarnya adalah anggaran subsidi perumahan dan rumah susun hak milik (rusunami) pada 2009 yang naik dari Rp 800 miliar menjadi Rp 2,5 triliun. "Anggaran itu akan mendukung pembentukan kapitalisasi perumahan sebesar Rp 15 triliun," ujarnya.

Komisaris PT Perumnas (Persero), Maruhum Batubara, punya pendapat serupa. Ia optimistis industri properti akan cerah karena permintaan rumah yang masih jauh lebih tinggi dari penyediaan. "Perkiraan saya, pada 2009 ini akumulasi kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 5,6 juta, ditambah 13,1 juta rumah yang tidak lagi layak huni," katanya.

Namun, Maruhum mensyaratkan bunga bank harus turun agar permintaan naik. "Kalau inflasi wajar, sebenarnya tidak ada alasan untuk menaikkan suku bunga," ujarnya. (Kontan/Yohan Rubiantoro, Hans Henricus, Yudho Widianto, Amal Ihsan)....(Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar