Rabu, 21 Januari 2009

Agar Pintu Pagar Selalu Lancar Dibuka (1)

Pintu pagar yang dibuat sembarangan mengakibatkan daun pintu tidak selalu lancar dibuka. Karena itu, jangan remehkan konstruksinya.

Pada suatu pagi, Pak Toni dengan terburu-buru membuka pintu pagar. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB, alias sudah terlambat 15 menit! Terbayang kemacetan yang akan dijumpainya sepanjang jalan menuju kantor. Pak Toni ingin segera bergegas, tetapi daun pintu pagar rumahnya sulit dibuka. Ternyata, bingkai pintu pagar bagian bawah menggesek lantai carport.

Bingkai pintu pagar Pak Toni terbuat dari besi berpenampang siku, yang bidangnya penuh dengan ornamen. Pintu pagar ini terlihat indah, serasi dengan rumah pak Toni yang asri. Tapi sayang, pagi ini pintu itu macet dan tidak mau terbuka.

Ilustrasi di atas sering dijumpai pada pintu dengan jenis bukaan 90o maupun pintu dorong, baik dari material besi atau kayu. Mengapa ini bisa terjadi?

Pentingnya Batang Diagonal
Pintu adalah sebuah bidang yang dapat dibuka dan ditutup, yang merupakan bagian dari panel dinding. Pintu adalah bagian dari jalur sirkulasi dari satu ruang ke ruang lainnya. Memahami fungsinya, maka secara umum pintu harus kuat dan kokoh, mengingat daun pintu sering digerakkan untuk dibuka dan ditutup.

Untuk pintu pagar—yang terletak di luar ruangan—ada syarat tambahan, yaitu harus kuat terhadap pengaruh cuaca. Panas dan hujan mempengaruhi susut kembangnya material pintu pagar. Karena itu, struktur dan material pintu pagar harus lebih kokoh daripada pintu di dalam ruang. Material yang cukup tahan terhadap cuaca adalah besi yang telah dilapis dengan zat anti karat. Bila konstruksi daun pintu cukup kokoh dan engsel dapat berfungsi dengan baik, maka pintu pagar dapat membuka dan menutup dengan lancar.

Secara logika, semakin lebar daun pintu pagar, maka bingkai pintu tersebut harus makin kokoh. Ini karena bingkai pintu berfungsi sebagai struktur utama. Turunnya daun pintu, sebagian besar diakibatkan oleh daun pintu pagar yang terlalu lebar, dan bingkai pintu tidak cukup kokoh menahan berat pintu yang terlalu lebar. Kondisi ini sering menyebabkan terjadinya pergeseran di setiap titik sambungan antara daun pintu dan bingkai pintu. Agar tidak ada pergeseran, sambungan setiap batang pembentuk bingkai pada titik hubung harus memiliki hubungan yang kaku.

Jika pada setiap batang bingkai terjadi hubungan yang tidak kaku, semua bagian daun pintu tersebut akan bergerak, dan akhirnya permukaan daun pintu bagian bawah akan turun.

Contoh hubungan kaku pada setiap batang, baik yang membentuk bingkai pintu pagar atau sebagai elemen pengisi permukaan daun pintu, adalah hubungan las untuk besi. Sementara itu, untuk pintu kayu, perlu adanya pengunci berupa besi siku pada pojok bingkai pintu. Tanpa besi siku pada pojok bingkai pintu, dikhawatirkan bingkai daun pintu akan mudah bergerak.

Daun pintu baik dari besi atau kayu, yang memiliki lebar pintu cukup besar atau memiliki luas permukaan bidang daun pintu yang cukup luas, perlu penguat berupa batang diagonal. (Rita Laksmitasari Rahayu ST. MT. - dosen luar biasa jurusan Arsitektur Universitas Trisakti/http://www.tabloidrumah.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar